© 2023 LSPR Institute of Communication & Business. All content and intellectual property rights belong to LSPR Institute
SGO Group trở thành thương hiệu quốc gia. Là chủ đầu tư uy tín, sở hữu quỹ đất lớn, vị trí đẹp, cung cấp ra thị trường những sản phẩm đảm bảo chất lượng, tiến độ xây dựng và dịch vụ đẳng cấp nhất
adalah singkatan dari kata
. Istilah sekolah guru olahraga apabila disingkat yaitu menjadi SGO. Akronim SGO (sekolah guru olahraga) merupakan singkatan/akronim resmi dalam Bahasa Indonesia.
Akronim / Singkatan :
Nama Diri / Kepanjangan :
Kependekan Alternatif : -
Kepanjangan Alternatif : -
Kesimpulan 1 : SGO adalah singkatan dari sekolah guru olahraga
Kesimpulan 2 : sekolah guru olahraga adalah kepanjangan dari SGO
Kesimpulan 3 : sekolah guru olahraga apabila disingkat menjadi SGO
Kesimpulan 4 : SGO apabila dipanjangkan menjadi sekolah guru olahraga
Bahasa : Bahasa Indonesia Resmi
Sumber informasi singkatan SGO : Daftar singkatan dan akronim pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) lampiran IV
Huruf Awal Akronim : S
Kepanjangan / Kalimat Dasar Tidak Resmi : Suzuki Genuine Oil
Tuliskan komentar anda mengenai SGO (sekolah guru olahraga)!
Berikut ini adalah penjelasan tentang SGO dalam Kamus Singkatan
- PT. Suzuki Indomobil Motor (SIM) melakukan terobosan dengan mengeluarkan oli resmi untuk kendaraan roda empat (R4) yaitu Suzuki Genuine Oil (SGO) Automobile. Oli yang direkomendasikan Suzuki Motor Corporation (SMC) ini memiliki spesifikasi yang sesuai mesin-mesin kendaraan Suzuki untuk kondisi Indonesia.
"Oli ini bisa digunakan untuk mobil-mobil Suzuki seperti Swift, X-Over, X-Road, Neo Baleno, Grand Vitara 2.4, APV Arena, Karimun Estilo dan Carry Real Van Injection," kata Wibisono dari Department Head of Spare Parts anda Accessories SIM.
SGO Automobile memiliki multi grade 5W-30 dengan standar API Service SL. Pelumas ini memiliki keistimewaan yang dikhususkan melumasi bagian mesin bensin Suzuki keluaran terkini dengan multi - valve (SOHC, DOHC, DOHC with VVT). Hal ini didasarkan kepada produsen pembuat kendaraan atau bisa dikenal OEM (Original Equipment Manufacture).
SGO Automobile mempunyai spesifikasi SAE 5W-30 API SL dengan formula Synthetic, artinya mempunyai rentang ketahanan terhadap suhu yang lebih panjang sehingga memiliki viskositas yang sangat tinggi untuk perlindungan sempurna terhadap oksidasi dan korosi.
Pelumas ini diformulasikan khusus dari bahan dasar base oil istimewa yaitu Group III plus. Dari hasil testing dan uji laboratorium SGO Automobile masih dapat mengalir hingga suhu -30° C pelumas tidak mengental dan pada suhu panas pelumas tidak encer.
Jika ditinjau dari kestabilan kekentalan tentunya lebih unggul dengan nilai VI (Viscosity Index) >160, sehingga memberikan perlindungan extra terhadap perubahan suhu yang ekstrim dan penguapannya pun rendah. Teknologi additifnya dengan Molybdenum terbukti lebih tahan terhadap gesekan dibanding oli biasa. Pelumas ini diformulasikan khusus untuk mendapatkan perfoma mesin dalam jangka waktu yang lama, kerja mesin lebih efisien, dan konsumsi BBM lebih hemat.
Suzuki menggunakan SGO Automobile ini sebagai oli resmi yang wajib dipakai di jaringan resmi Suzuki per bulan Agustus lalu. Suzuki menyedikan botol 1 liter, galon 4 liter, dan drum 208 liter. Harga retail Rp. 55.000 & untuk SUPEL di berikan discount 20%.
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
SGO dapat mengacu pada beberapa hal berikut:
Perbedaan antara SGP (Suzuki Genuine Parts), SGA (Suzuki Genuine Accessories), dan SGO (Suzuki Genuine Oil) dalam konteks Suzuki adalah sebagai berikut:
SGP (Suzuki Genuine Parts):
SGA (Suzuki Genuine Accessories):
SGO (Suzuki Genuine Oil):
Secara keseluruhan, SGP, SGA, dan SGO semuanya bertujuan untuk memastikan bahwa kendaraan Suzuki tetap dalam kondisi optimal, baik dari segi kinerja, keamanan, maupun penampilan, dengan menggunakan suku cadang, aksesori, dan pelumas asli yang direkomendasikan oleh pabrik.
Suzuki Duta Cendana Adimandiri Bogor, Dealer & Bengkel Resmi Suzuki Bogor. Jl. Raya Ciawi Prapatan No.KM No.8, RT.02/RW.04, Sindangsari, Kec. Bogor Tim, Kota Bogor, Jawa Barat 16146.
FUNGSI FILTER OLI PADA MOBIL | SUZUKI DUTACENDANA ADIMANDIRI
PROMO SHOCKBREAKER SUZUKI BOGOR DISKON 20% | SUZUKI DUTA CENDANA ADIMANDIRI
Usul saya tersebut mungkin terkesan utofis, ketinggalan jaman, karena Sekolah Pendidikan Guru (SPG), Sekolah Guru Olah Raga (SGO), dan PGA (Pendidikan Guru Agama) telah dihapus sejak tahun 1990-an. SPG, SGO, dan PGA adalah lembaga-lembaga pendidikan (setara SMA) bagi para calon guru. Lulusan-lulusannya pada umumnya langsung menjadi guru, tetapi ada juga yang melanjutkan ke Diploma (D-II) UT, dan ke S-1 jurusan kependidikan.
Mereka yang masuk ke SPG, SGO, dan PGA adalah orang-orang yang telah sejak awal bercita-cita menjadi guru, siap mengabdikan diri untuk dunia pendidikan, serta tahun konsekuensinya menjadi seorang guru, termasuk rendahnya gaji yang diterima, dan harus mau hidup sederhana. Walau demikian, mereka mau untuk mau masuk ke SPG, SGO, atau PGA, karena dilandasi niat yang kuat dan rasa cinta terhadap pendidikan. Para siswa SPG, SGO, dan PGA adalah siswa-siswa terpilih. Ada seleksinya, mulai dari seleksi administratif, akademik, hingga seleksi fisik. Bahkan bentuk kaki dan tinggi badan turut menjadi pertimbangan seorang pendaftar lolos menjadi siswa.
Saya sendiri bukanlah lulusan dari salah satu sekolah tersebut, saya seorang lulusan SMU. tetapi saya suka berdisusi dengan guru lulusannya. Di SPG, SGO, atau PGA, para siswa benar-benar diajari dan dididik menjadi calon guru. Porsi ilmu pedagodik (mendidik anak usia sekolah) begitu besar, sekitar 70%, didaktik dan metodik pun benar-benar diasah. Cara berpakaian, cara berpenampilan, cara berbicara di depan murid, cara memegang kapur, cara menulis di papan tulis, sampai cara menghapus tulisan di papan tulis pun diajarkan.
Praktek mengajar dijalani selama enam sampai dengan sembilan bulan. Dengan demikian, jiwa dan kemampuan mereka sebagai calon guru terasah. Mereka pun ikut kegiatan ekstrakurikuler yang diminati seperti olah raga, seni, kepramukaan. Oleh karena itu, tidak heran ketika mereka menjadi guru, mereka aktif membimbing kegiatan ekstrakurikuler dan terampil dalam membimbing siswa membuat benda-benda kerajinan.
Entah apa alasannya, SPG, SGO, dan PGA dihapus oleh pemerintah. Institut Keguruan Ilmu Pendidikan (IKIP) pun diubah menjadi universitas. Akibatnya ruh pendidikan keguruan menjadi hilang. Tidak ada seleksi khusus untuk mahasiswa calon guru. Yang ada hanya seleksi akademik melalui Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Apalagi di Perguruan Tinggi swasta (PTS), hampir bisa dikatakan tidak ada seleksi, karena toh mereka yang butuh mahasiswa.
Guru-guru yang bukan lulusan SPG, SGO, atau PGA mungkin akan protes, karena walau bukan lulusan dari salah satu sekolah tersebut, mereka juga dapat menjadi guru yang profesional. Bisa saja demikian, tetapi mereka tidak mendapatkan pengalaman sebagai siswa sekolah yang menjadi cikal bakal calon guru. Tentunya dari sisi penghayatan terhadap tugas tidak akan sama dengan yang pernah mengenyam pendidikan di SPG, SGO, atau PGA.
Saya ingat waktu saya SD diajar oleh guru lulusan SPG. Tulisannya begitu rapi, kalau mau menulis di papan tulis, maka papan tulisnya pun digarisi terlebih dahulu supaya tulisannya rapi dan lurus. Terus tegak bersambungnya rapi sekali, dan enak dibaca. Bagaimana dengan tulisan guru saat ini?
Saya juga punya guru ngaji di madrasah, yang juga seorang guru disekolah, lulusan PGA, ilmu agamanya luas, bisa membaca kitab kuning, karena selian sekolah di PGA juga mengaji di pesantren. Beliau juga menjadi pemuka agama di masyarakat yang disegani, dan memiliki wibawa yang tinggi. Bagaimana dengan sarjana agama atau sarjana pendidikan Islam saat ini?
Sekarang calon-calon guru didik di Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK). Bahkan sarjana non-kependidikan pun bisa menjadi guru karena diatur oleh UU Guru dan Dosen. Profesi guru kini makin diburu, karena seiring dengan adanya sertifikasi, kesejahteraan guru pun kian meningkat. Walau kesejahteraannya sudah meningkat, profesionalisme banyak yang belum benar-benar meningkat. Studi Bank Dunia tahun 2010 menyimpulkan bahwa sertifikasi guru belum berdampak terhadap peningkatan profesionalismenya.
Bagi saya, guru adalah pekerjaan yang bukan hanya membutuhkan profesionalisme, tapi juga membutuhkan panggilan nurani, panggilan jiwa, dan kecintaan terhadap profesi. Ketika ada siswa yang nakal, sulit diatur, sulit menerima pelajaran, disamping faktor dari siswanya sendiri, pengaruh keluarga, dan lingkungan, jangan-jangan gurunya dalam melaksanakan tugas tidak disertai dengan cinta dan kasih sayang, asal melakukan tugas, dan kurang penghatan terhadap tugasnya. Pak Mendikbud, tolong hidupkan kembali SPG, SGO, dan PGA untuk mencetak guru-guru yang dedikatif dan profesional.
PAK MENDIKBUD, TOLONG HIDUPKAN KEMBALI SPG, SGO DAN PGA
Lihat Humaniora Selengkapnya